LCD Text Generator at TextSpace.net [flash=http://i339.photobucket.com/albums/n463/textspace/lcd/lcd_5.swf?w=1000&h=56&c=2&spd=2&b=1&t=bismillahirohmanirrohim]quality=high wmode=transparent width=1000 height=56[/flash]

Rabu, 30 Mei 2012

Model Pembelajaran Inovatif



“Model Pertemuan Kelas”

Sebagai guru biasa dihadapkan pada persoalan melaksanakan pembelajaran di kelas dengan berbagai metode, pendekatan, strategi dan model pembelajaran yang beragam untuk menarik minat siswa. “Model Pembelajaran” adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Salah satu model pembelajaran inovatif adalah “model pertemuan kelas .
Model pertemuan kelas merupakan suatu model pembelajaran dengan mengembangkan kelompok agar dapat menumbuhkan suasana memelihara saling pengerti satu sama lain, disiplin diri sendiri, dan kesepakatan berperilaku. Dalam pertemuan ini terjadi kerjasama antara siswa dan guru yang bersifat terbuka untuk mendiskusikan masalah-masalah perilaku, pribadi maupun akademik tanpa di sertai sikap judgemental
Model mengajar pertemuan kelas di landasi oleh terapi realitas (relity therapy), dari Wiliam Glasser. Glasser yakin bahwa sebagian besar masalah individu tidak akan menimbulkan kesakitan psikis dan tidak memerlukan bantuan ahli terlatih di dalam pemecahannya. Glasser berpendapat bahwa kegagalan individu di sebabkan oleh hubungan antar pribadinya
Pada umumnya masalah-masalah yang dialami oleh manusia merupakan akibat dari kegagalan dari fungsi sosial atau kegagalan memfungsikan diri dalam lingkungan sosialnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar untuk dicintai dan dihargai. Di dalam kelas rasa cinta dapat dilihat dalam bentuk tanggung jawab sosial untuk saling membantu dan menghargai dan memperhatikan satu sama lain. Dengan model pertemuan kelas ini diharapkan dapat menumbuhkan sikap saling membantu, saling menghargai dan saling memperhatikan antar satu siswa dengan siswa yang lain. Model pertemuan ini juga dapat digunakan sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan emosional orang lain untuk dihargai, dicintai, dan memiliki identitas diri. Melalui model pertemuan kelas terjadi diskusi yang terbuka, tidak judgemental, dan mencari pemecahan masalah secara bersama.

·        Tahap- tahap model pertemuan kelas
1.    Tahap pertama, menciptakan iklim/ suasana yang baik 
Pada tahap ini siswa melibatkan diri dalam situasi, mengundang keterlibatan merupakan syarat dalam strategi pertemuan kelas. Iklim/ suasana tersebut merupakan situasi yang dapat menembus semua hubungan di dalam kelas. Iklim/suasana yang mengundang keterlibatan merupakan iklim yang hangat, bersifat pribadi, memperdulikan masalah hubungan.
2.    Tahap kedua, menyajikan masalah diskusi
Bisa dilakukan oleh konselor  maupun siswa. Penyajian masalah ini biasa dalam bentuk mempertentangkan situasi atau pertanyan sederhana. Setelah masalah itu diberikan, siswa harus mengidentifikasikan: (a) Konsekuensi jika situasi berlangsung terus, dan (b) norma sosial yang mengendalikan situasi.
3.    Tahap ketiga, membuat keputusan nilai personal
Pada tahap ini bertujuan agar siswa membuat pertimbangan pribadi terhadap perilaku mereka sendiri. Untuk dapat melakukan tindakan ini, mereka harus mengindentifikasikan nilai- nilai yang ada dibalik perilaku mereka dan apa yang diidentifikasikan itu merupakan norma sosial; dan selanjutnya mengarah kepada pemilihan antara perilaku dan nilai- nilai yang ditemukan.
4.    Tahap keempat, mengidentifikasi pilihan tindakan
Pada tahap ini  siswa dapat mengidentifikasikan alternatif perilaku yang terbaik.
5.    Tahap kelima, memberi komentar
Yaitu merumuskan kesepakatan bersama untuk melaksanakan perilaku terpilih dengan memancing siswa untuk memberikan komentar umum.
6.    Tahap keenam, menetapkan tindak lanjut
Yaitu konselor meminta siswa menilai efektivitas perilaku baru dan memperkuatnya bagi tindakan mendatang atau mengkaji komitmen siswa terhahadap perilaku baru.

·     Penerapan model pertemuan kelas dalam bimbingan dan konseling
Model pertemuan kelas sangat cocok untuk diterapkan dalam bimbingan dan konseling, misal saja dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok. Karena dengan model pertemuan kelas dapat menumbuhkan suasana yang hangat antara siswa dengan siswa maupun antara konselor dengan siswa, personal, kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang menarik dan menyenangkan sehingga tidak membosankan, dan dapat menumbuhkan hubungan yang baik antara siswa dan konselor. Suasana yang baik ini bisa diciptakan misal dengan memberikan ice breaking.
Seorang konselor dalam model pembelajaran ini harus memiliki kepribadian yanng hangat dan memliki keterempilan yang baik dalam mengelola hubungan interpersonal dan diskusi kelompok. Selain itu seorang konselor juga harus mampu mampu menciptakan suasana kelas terbuka dan tidak bersifat defensif atau selalu bertahan diri sehingga kegiatan diskusi dapat berjalan dengan interaktif dan baik dengan demikian masalah yang disajikan dalam bimbingan kelompok dapat terpecahkan. Pada saat bersamaan seorang konselor harus mampu membimbing kelompok untuk mencapai perubahan perilaku misal pada saat diskusi berjalan ada seorang siswa yang pasif, maka seorang konselor harus bisa memancing siswa yang pasif tersebut untuk berani mengeluarkan pendapatnya.  Karena dalam model pertemuan kelas siswa terlibat langsung dalam mendiskusikan materi atau masalah yang disajikan oleh konselor. Selain itu siswa juga belajar untuk menghargai pendapat orang. Dengan ini diharapkan agar siswa mampu mencapaian  tujuan dari pembelajaran / kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Karena dalam model ini siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan dari konselor, akan tetapi siswa juga terlibat langsung dalam kegiatan diskusi sehingga siswa benar-benar memahami materi atau permasalahan yang disajikan,
Model pertemuan kelas juga dapat diterapkan dalam kegiatan bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan informasi. Langkah pertama  konselor menciptakan suasana yang kondusif dan menciptakan hubungan yang baik. Hal ini dapat diciptakan dengan memberikan ice breaking. Setelah tercipta hubungan yang baik dan suasana sudah kondusif, konselor menyampaikan materi layanannya misal materi tentang cara belajar efektif. Tahap selanjutnya konselor menyajikan sebuah masalah untuk didiskusikan misal masalahnya mengenai cara belajar sistem kebut semalam. Siswa diminta untuk mendiskusikan menurut mereka cara belajar tersebut bagaimana, dampaknya apa. Setelah itu siswa diminta untuk mempertimbangkan apakah cara tersebut baik tau tidak untuk dilakukan (alasannya apa), dan apakah diantara mereka juga ada yang demikian. Tahap selanjutnya siswa diminta untuk mengidentifikasi kira-kira cara belajar yang bagaimana yang baik dan sesuai dengan karakteristk mereka masing-masing. Langkah selanjutnya siswa diminta untuk berkomentar secara umum dan membuat kesepakatan mengenai cara/ tindakan yang mereka pilih. Langkah terakhir siswa menilai efektivitas perilaku baru dan konselor mendorong siswa atau mengkaji komitmen siswa terhadap perilaku/ cara belajar  baru yang sesuai dengan diri pribadi masing-masing..
Sisi lain model pertemuan kelas juga merupakan dimensi kesehatan mental. Sikap toleran, saling menghargai, disiplin dan tanggung jawab merupakan dimensi-dimensi yang dapat tumbuh dan berkembang melalui model pertemuan kelas. Ini sejalan dengan apa yang diungkapkan dengan Corey bahwa inti realitas, sebagai dasar model ini, adalah membantu individu untuk menerima tanggung jawab pribadi sebagi kondisi mencapai mental yang sehat. Lebih tegas lagi Glasser mengungkapkan bahwa masalah manusia yang mendasar ialah masalah moral dalam arti rasa tanggung jawab sebagai syarat untuk mencapai suatu kondisi yang sehat. Hal ini cocok untuk dterapkan karena tanggung jawab itu sendiri merupakan dimensi tujuan umum pendidikan.




materi dari tugas mata kuliah Model Pembelajaran Inovatif
semester VI
Bimbingan& Konseling 
UNS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar