“Model
Pertemuan Kelas”
Sebagai guru biasa
dihadapkan pada persoalan melaksanakan pembelajaran di kelas dengan berbagai
metode, pendekatan, strategi dan model pembelajaran yang beragam untuk menarik
minat siswa. “Model Pembelajaran” adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas pembelajaran. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar
merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Salah satu model
pembelajaran inovatif adalah “model
pertemuan kelas” .
Model pertemuan kelas merupakan
suatu model pembelajaran dengan mengembangkan kelompok agar dapat menumbuhkan
suasana memelihara saling pengerti satu sama lain, disiplin diri sendiri, dan
kesepakatan berperilaku. Dalam pertemuan ini terjadi kerjasama antara siswa dan
guru yang bersifat terbuka untuk mendiskusikan masalah-masalah perilaku,
pribadi maupun akademik tanpa di sertai sikap judgemental
Model mengajar pertemuan kelas di
landasi oleh terapi realitas (relity therapy), dari Wiliam Glasser. Glasser
yakin bahwa sebagian besar masalah individu tidak akan menimbulkan kesakitan
psikis dan tidak memerlukan bantuan ahli terlatih di dalam pemecahannya.
Glasser berpendapat bahwa kegagalan individu di sebabkan oleh hubungan antar
pribadinya
Pada umumnya masalah-masalah yang
dialami oleh manusia merupakan akibat dari kegagalan dari fungsi sosial atau
kegagalan memfungsikan diri dalam lingkungan sosialnya dalam rangka pemenuhan
kebutuhan dasar untuk dicintai dan dihargai. Di dalam kelas rasa cinta dapat
dilihat dalam bentuk tanggung jawab sosial untuk saling membantu dan menghargai
dan memperhatikan satu sama lain. Dengan model pertemuan kelas ini diharapkan
dapat menumbuhkan sikap saling membantu, saling menghargai dan saling
memperhatikan antar satu siswa dengan siswa yang lain. Model pertemuan ini juga
dapat digunakan sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan emosional orang lain
untuk dihargai, dicintai, dan memiliki identitas diri. Melalui model pertemuan
kelas terjadi diskusi yang terbuka, tidak judgemental, dan mencari pemecahan masalah
secara bersama.
·
Tahap- tahap model pertemuan kelas
1. Tahap
pertama, menciptakan iklim/ suasana yang
baik
Pada tahap ini siswa melibatkan diri dalam situasi, mengundang keterlibatan
merupakan syarat dalam strategi pertemuan kelas. Iklim/ suasana tersebut
merupakan situasi yang dapat menembus semua hubungan di dalam kelas. Iklim/suasana
yang mengundang keterlibatan merupakan iklim yang hangat, bersifat pribadi,
memperdulikan masalah hubungan.
2. Tahap kedua,
menyajikan masalah diskusi
Bisa dilakukan oleh konselor maupun siswa. Penyajian masalah ini biasa
dalam bentuk mempertentangkan situasi atau pertanyan sederhana. Setelah masalah
itu diberikan, siswa harus mengidentifikasikan: (a) Konsekuensi jika situasi
berlangsung terus, dan (b) norma sosial yang mengendalikan situasi.
3. Tahap
ketiga, membuat keputusan nilai personal
Pada tahap ini bertujuan agar siswa
membuat pertimbangan pribadi terhadap perilaku mereka sendiri. Untuk dapat
melakukan tindakan ini, mereka harus mengindentifikasikan nilai- nilai yang ada
dibalik perilaku mereka dan apa yang diidentifikasikan itu merupakan norma
sosial; dan selanjutnya mengarah kepada pemilihan antara perilaku dan nilai-
nilai yang ditemukan.
4. Tahap
keempat, mengidentifikasi pilihan
tindakan
Pada tahap ini siswa dapat mengidentifikasikan
alternatif perilaku yang terbaik.
5. Tahap
kelima, memberi komentar
Yaitu merumuskan kesepakatan bersama
untuk melaksanakan perilaku terpilih dengan memancing siswa untuk memberikan
komentar umum.
6. Tahap
keenam, menetapkan tindak lanjut
Yaitu konselor meminta siswa menilai
efektivitas perilaku baru dan memperkuatnya bagi tindakan mendatang atau
mengkaji komitmen siswa terhahadap perilaku baru.
·
Penerapan
model pertemuan kelas dalam bimbingan dan konseling
Model pertemuan kelas sangat cocok
untuk diterapkan dalam bimbingan dan konseling, misal saja dalam kegiatan
layanan bimbingan kelompok. Karena dengan model pertemuan kelas dapat
menumbuhkan suasana yang hangat antara siswa dengan siswa maupun antara
konselor dengan siswa, personal, kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang
menarik dan menyenangkan sehingga tidak membosankan, dan dapat menumbuhkan hubungan
yang baik antara siswa dan konselor. Suasana yang baik ini bisa diciptakan
misal dengan memberikan ice breaking.
Seorang konselor dalam model
pembelajaran ini harus memiliki kepribadian yanng hangat dan memliki
keterempilan yang baik dalam mengelola hubungan interpersonal dan diskusi
kelompok. Selain itu seorang konselor juga harus mampu mampu menciptakan
suasana kelas terbuka dan tidak bersifat defensif atau selalu bertahan diri
sehingga kegiatan diskusi dapat berjalan dengan interaktif dan baik dengan
demikian masalah yang disajikan dalam bimbingan kelompok dapat terpecahkan. Pada
saat bersamaan seorang konselor harus mampu membimbing kelompok untuk mencapai
perubahan perilaku misal pada saat diskusi berjalan ada seorang siswa yang
pasif, maka seorang konselor harus bisa memancing siswa yang pasif tersebut untuk
berani mengeluarkan pendapatnya. Karena dalam
model pertemuan kelas siswa terlibat langsung dalam mendiskusikan materi atau
masalah yang disajikan oleh konselor. Selain itu siswa juga belajar untuk
menghargai pendapat orang. Dengan ini diharapkan agar siswa mampu
mencapaian tujuan dari pembelajaran /
kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Karena dalam model ini siswa tidak
hanya mendengarkan penjelasan dari konselor, akan tetapi siswa juga terlibat
langsung dalam kegiatan diskusi sehingga siswa benar-benar memahami materi atau
permasalahan yang disajikan,
Model pertemuan kelas juga dapat
diterapkan dalam kegiatan bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan
informasi. Langkah pertama konselor
menciptakan suasana yang kondusif dan menciptakan hubungan yang baik. Hal ini
dapat diciptakan dengan memberikan ice breaking. Setelah tercipta hubungan yang
baik dan suasana sudah kondusif, konselor menyampaikan materi layanannya misal
materi tentang cara belajar efektif. Tahap selanjutnya konselor menyajikan
sebuah masalah untuk didiskusikan misal masalahnya mengenai cara belajar sistem
kebut semalam. Siswa diminta untuk mendiskusikan menurut mereka cara belajar
tersebut bagaimana, dampaknya apa. Setelah itu siswa diminta untuk
mempertimbangkan apakah cara tersebut baik tau tidak untuk dilakukan (alasannya
apa), dan apakah diantara mereka juga ada yang demikian. Tahap selanjutnya
siswa diminta untuk mengidentifikasi kira-kira cara belajar yang bagaimana yang
baik dan sesuai dengan karakteristk mereka masing-masing. Langkah selanjutnya
siswa diminta untuk berkomentar secara umum dan membuat kesepakatan mengenai
cara/ tindakan yang mereka pilih. Langkah terakhir siswa menilai efektivitas
perilaku baru dan konselor mendorong siswa atau mengkaji komitmen siswa
terhadap perilaku/ cara belajar baru
yang sesuai dengan diri pribadi masing-masing..
Sisi lain model pertemuan kelas juga
merupakan dimensi kesehatan mental. Sikap toleran, saling menghargai, disiplin
dan tanggung jawab merupakan dimensi-dimensi yang dapat tumbuh dan berkembang
melalui model pertemuan kelas. Ini sejalan dengan apa yang diungkapkan dengan
Corey bahwa inti realitas, sebagai dasar model ini, adalah membantu individu
untuk menerima tanggung jawab pribadi sebagi kondisi mencapai mental yang
sehat. Lebih tegas lagi Glasser mengungkapkan bahwa masalah manusia yang
mendasar ialah masalah moral dalam arti rasa tanggung jawab sebagai syarat
untuk mencapai suatu kondisi yang sehat. Hal ini cocok untuk dterapkan karena tanggung
jawab itu sendiri merupakan dimensi tujuan umum pendidikan.
materi dari tugas mata kuliah Model Pembelajaran Inovatif
semester VI
Bimbingan& Konseling
UNS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar